Sejarah Judo
PROF. Jigoro Kano |
Judo
(bahasa Jepang: 柔道 )
adalah seni bela diri, olahraga, dan filosofi yang berakar dari Jepang. Judo dikembangkan dari seni bela diri kuno Jepang yang disebut Jujutsu. Jujitsu yang merupakan seni bertahan dan menyerang menggunakan tangan kosong maupun senjata pendek, dikembangkan menjadi Judo oleh Kano Jigoro (嘉納治五郎) pada Tahun 1882. Olahraga ini menjadi model dari seni bela diri Jepang, gendai budo, dikembangkan dari sekolah (koryu) tua. Pemain judo disebut judoka atau pejudo. Judo sekarang merupakan sebuah cabang bela diri yang populer, bahkan telah menjadi cabang olahraga resmi Olimpiade.
adalah seni bela diri, olahraga, dan filosofi yang berakar dari Jepang. Judo dikembangkan dari seni bela diri kuno Jepang yang disebut Jujutsu. Jujitsu yang merupakan seni bertahan dan menyerang menggunakan tangan kosong maupun senjata pendek, dikembangkan menjadi Judo oleh Kano Jigoro (嘉納治五郎) pada Tahun 1882. Olahraga ini menjadi model dari seni bela diri Jepang, gendai budo, dikembangkan dari sekolah (koryu) tua. Pemain judo disebut judoka atau pejudo. Judo sekarang merupakan sebuah cabang bela diri yang populer, bahkan telah menjadi cabang olahraga resmi Olimpiade.
Pegulat
sumo zaman dahulu kala menjatuhkan lawannya tanpa senjata. Hal ini
menginspirasikan teknik-teknik bela diri jujutsu. Sumo pada awalnya
hanya dinikmati kaum aristokrat sebagai ritual atau upacara keagamaan
pada zaman Heian (abad ke-8 hingga abad ke-12).
Pada
perkembangannya, Jepang memasuki masa-masa perang di mana kaum
aristokrat digeser kedudukannya oleh kaum militer. Demikian pula
olahraga yang sebelumnya hanya dijadikan hiburan, oleh kaum militer
dijadikan untuk latihan para tentara. Pada masa inilah teknik jujutsu
dikembangkan di medan pertempuran. Para prajurit bertempur tanpa senjata
atau dengan senjata pendek. Teknik menjatuhkan lawan atau melumpuhkan
lawan inilah yang dikenal dengan nama jujutsu.
Pada
zaman Edo (abad ke-17 hingga abad ke-19) di mana keadaan Jepang relatif
aman, jujutsu dikembangkan menjadi seni bela diri untuk melatih tubuh
bagi masyarakat kelas ksatria. Gaya-gaya jujutsu yang berbeda-beda mulai
muncul, antara lain Takenouchi, Susumihozan, Araki, Sekiguchi, Kito,
dan Tenjinshin’yo.
Awal mula Judo
Jigoro
Kano menambahkan gayanya sendiri pada banyak cabang jujutsu yang ia
pelajari pada masa itu (termasuk Tenjinshiyo dan Kito). Pada tahun 1882
ia mendirikan sebuah dojo di Tokyo yang ia sebut Kodokan Judo. Dojo
pertama ini didirikan di kuil Eisho ji, dengan jumlah murid sembilan
orang.
Tujuan
utama jujutsu adalah penguasaan teknik menyerang dan bertahan. Kano
mengadaptasi tujuan ini, tapi lebih mengutamakan sistem pengajaran dan
pembelajaran. Ia mengembangkan tiga target spesifik untuk judo: latihan
fisik, pengembangan mental / roh, dan kompetisi di
pertandingan-pertandingan.
Judo
mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1942 ketika tentara Jepang mulai
menduduki Indonesia. Pada hari-hari tertentu tentara Jepang berlatih
Judo di lingkungan asramanya, lama kelamaan tentara Jepang bergaul dan
bersahabat dengan orang-orang lingkungan asrama tentara Jepang, maka
orang Indonesia yang menjadi sahabat dekat tentara Jepang ikut berlatih
Judo dan dipilih betul-betul sangat selektif dengan tujuan jangan sampai
membahayakan keberadaan tentara Jepang di Indonesia pada waktu itu.
Pada
tahun 1949 berdiri perkumpulan Judo pertama di Jakarta bernama “Jigoro
Kano Kwai” yang di pimpin oleh J.D. Schilder (orang Belanda).
Perkumpulan tersebut berlatih di gedung YMCA, jalan Nusantara, Jakarta.
Anggota perkumpulan Judo tersebut terdiri dari berbagai lapisan antara
lain Pelajar, Mahasiswa, Umum, ABRI, anak-anak, orang dewasa, pria dan
wanita. Selain belajar Judo mereka juga belajar Jiujitsu (salah satu
jenis beladiri Jepang) yang merupakan induk dari olahraga Judo. Pada
waktu itu perkumpulan-perkumpulan Judo yang masih berdiri
sendiri-sendiri atau belum ada organisasi yang lebih besar yang
menaunginya.
Pada
tanggal 20 Mei 1955, didirikan perkumpulan Judo yang diberi nama “Judo
Institute Bandung” (JIB) oleh Letkol Abbas Soeriadinata, Mayor Uluk
Wartadireja, Letkol D. Pudarto, Pouw Tek Siang, dengan pelatih Tok
Supriadi (orang Jepang).
Pada
tanggal 25 Desember 1955 dibentuk organisasi Judo Indonesia yang diberi
nama Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) sebagai organisasi Judo
tertinggi di Indonesia, yang mengatur dan mengelola kegiatan Judo secara
Nasional maupun Internasional. Pada tahun itu juga PJSI telah diakui
oleh Komite Olympiade Indonesia sebagai Top Organisasi Judo di
Indonesia. Pada tahun yang sama Indonesia secara resmi mendaftar dan
diterima sebagai anggota International Judo Federation (IJF) yang
menjadi organisasi Judo tertinggi di dunia.
Tahun
1957, Judo untuk pertama kalinya diikut sertakan dalam Pekan Olahraga
Nasional (PON) IV di Makasar, Sulawesi Selatan sebagai salah satu cabang
olahraga yang dipertandingkan. Tahun 1958 – 1959, ketua Komisi Tekhnik
Persatuan Judo Indonesia Djakarta (PJID) yaitu Dachjan Elias, Dan IV
berangkat ke negara Jepang untuk memperdalam pengetahuan olehraga Judo.
Sekembalinya dari Jepang ia segera mengamil langkah-langkah untuk
menggiatkan organisasi, sehingga dalam waktu satu tahun terbukti
organisasi PJID lebih dikenal oleh masyarakat Judo termasuk di
daerah-daerah di luar Jakarta.
Tahun
1960, PJSI akhirnya melakukan pendekatan kepada PJID untuk berfusi
menjadi satu organisasi. PJID menyambut dengan tangan terbuka ajakan
PJSI karena hal itu yang ditunggu-tunggu dan telah menjadi cita-cita
dari PJID sejak awal didirikannya. Dalam Kongres ke II tanggal 20
Desember 1960 di Bandung, dibentuklah satu PJSI baru yang merupakan
gabungan dari PJSI lama dan PJID dengan susunan pengurus bangsa
Indonesia didalamnya. Setalah bergabung maka hanya ada satu organisasi
saja yaitu PJSI dengan kemajuan-kemajuan yang pesat.
Tahun
1961, pada Pekan Olahraga Nasional (PON) ke V di Bandung diikuti oleh
pejudo-pejudo pilihan dari berbagai macam daerah yang tadinya tidak
pernah ada kesempatan untuk ikut bertanding. Jago baru muncul dan bibit
penuh bakat nampak mengesankan, sebagai juara I pada waktu itu adalah
Soedjono yang mewakili dari daerah Riau.
Tahun
1962, dalam Asian Games IV di Jakarta Judo tidak termasuk olahraga yang
dipertandingkan tetapi bersifat demonstrasi. Perhatian masyarakat
terhadap Judo waktu itu sangat besar. Indonesia berhasil menduduki
tempat kedua dalam beregu setelah jepang sebagai negara asal dari
olahraga beladiri ini. Tahun 1964, Pejudo Indonesia turut serta dalam
persiapan Olympiade 1964 di Tokyo, Jepang. Tahun 1966, Persatuan Judo
Seluruh Indonesia (PJSI) mengadakan Kongresnya di Jakarta. Pada tahun
ini juga Pejudo Indonesia ikut serta dalam GANEPO ASIAN ke I di Kamboja
yang hasilnya sebagai berikut :
1. Anton Darmadja Juara III kelas bulu
2. Fanny Setiawan Atmadja Juara III kelas ringan
3. Tony Atmadjaja Juara III kelas menengah
4. Pieter Rusdhan Tandjono Juara III kelas berat
1. Anton Darmadja Juara III kelas bulu
2. Fanny Setiawan Atmadja Juara III kelas ringan
3. Tony Atmadjaja Juara III kelas menengah
4. Pieter Rusdhan Tandjono Juara III kelas berat
Tahun
1967, Indonesia ikut dalam Kejuaraan Judo Se-Asia di Manila, Philipina,
dipimpin oleh Dachjan Elias. Hasilnya antara lain :
1. Tony Atmadjaja Juara III kelas menengah
2. Paulus Prananto Juara III kelas berat.
1. Tony Atmadjaja Juara III kelas menengah
2. Paulus Prananto Juara III kelas berat.
Pada
tahun 1967 juga pejudo Indonesia ikut serta dalam Universiade di Tokyo,
Jepang dimana Indonesia berhasil memperoleh medali perunggu yang
merupakan satu-satunya medali bagi kontingen Indonesia yang direbut oleh
Tony Admadjaja dalam kelas bebas.
Tahun
1968, PJSI yang berkembang dengan baik serta mendapat dukungan positif,
dan bersama daerah-daerah/Komda-Komda mengadakan Kongres ke IV,
bersamaan dengan diadakan kejuaraan Nasional. Pada bulan Oktober 1968,
Indonesia sebagai anggota Judo Federation Of Asia diundang untuk hadir
dalam Kongres JFA ke II di Tokyo, Jepang.
Tahun
1969, pada bulan Agustus/September diadakan Pekan Olahraga Nasional
(PON) ke VII di Surabaya, cabang olahraga Judo dipertandingkan.
Tahun
1970, pada bulan Mei, Indonesia menghadiri Kongres ke IV, Judo
Federation Of Asia yang sekarang menjadi Judo Union Of Asia (JUA). Pada
saat itu juga diadakan kejuaraan Judo se Asia ke II, bertempat di
Taipeh, Taiwan. Dalam pertandingan Judo perorangan, Indonesia berhasil
merebut mendali perunggu pada kelas ringan dipersembahkan oleh pejudo
Johannes Hardjasa. Sedangkan dalam beregu Indonesia berhasil merebut
Juara III.
Tahun
1971, Indonesia mengikuti kejuaraan dunia di Ludwighafen, Jerman Barat
dan mengikuti Kongres International Judo Federation (IJF). Dalam
kejuaraan dunia Indonesia diwakili oleh empat pejudo yaitu : 1. Tony
Atmadjaja kelas ringan dan kelas berat, 2. Fanny Atmadjaja kelas
menengah, 3. Hendri Atmadjaja kelas menengah, 4. Iswandi Setiawan kelas
ringan. Indonesia termasuk dalam “16 Besar” untuk kelas ringan, yaitu
urutan ke 12.
Tahun
1972, bulan Agustus/September, PJSI mengikuti Kongres IJF di Muenchen,
Jerman Barat. Utusan Indonesia adalah ketua harian PJSI yaitu Soedjono.
Tahun 1973, diselenggarakan PON ke VIII di Jakarta dari tanggal 4-15
Agustu. Judo termasuk cabang olahraga yang dipertandingkan dalam PON
sampai sekarang.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa olahraga Judo di Indonesia sudah lama
dikenal dan digemari oleh masyarakat. Perkembangan Judo di Indonesia
cukup pesat baik dari segi organisasi dan prestasi para pejudo sudah
dapat di banggakan dan sudah dapat berbicara di tingkat Internasional
sejak tahun 1960-an sampai sekarang.
PJSI
terus menerus mengikuti kegiatan Judo baik di tingkat Asia Tenggara,
Asia, maupun tingkat Dunia seperti Olympiade. Sukses yang paling banyak
diraih pejudo Indonesia adalah dalam Sea Games, beberapa kali para
pejudo Indonesia merebut medali emas terbanyak Sea Games. Para pejudo
Indonesia yang pernah mencatat prestasi yang baik di arena pertandingan
Internasional setelah para pendahulunya yang disebutkan diatas, antara
lain : Ferry Pantaow, Anton Hartono, Yono Budiono, Raymond Rochili,
Haryanto Chandra, Djumantoro, Elly Amalia, Eni, Fenni Pantouw, Ida
Irianti Kandi, Bambang Prakasa dan lain-lain. Pejudo Indonesia yang
menonjol prestasinya tahun 1990-an sampai sekarang antara lain : Krisna
Bayu, Dwi, Pieter, Wayan, Maya, Aprilia, Syanti, Tati, Ira Mayasari dan
lain-lain. Organisasi PJSI digarap dengan cermat oleh Kwartet H. Muchdi,
Dachjan Elias, Soedjono dan Hamidin RH. Pimpinan tertinggi atau ketua
umum pernah di jabat oleh H. Muchdi, LetJen TNI Wismoyo Arismunandar,
Mayjen TNI Hendro Priyono dan sejak tahun 2003 sampai sekarang dijabat
oleh Ir. MP Simatupang.
Tahun
1970, dalam masa kepemimpinan Ir. Soehoed yang waktu itu menjabat
Menteri Perindustrian, mulai dilakukan TC jangka panjang untuk
pejudo-pejudo muda potensial dan di bangun pusat pelatihan Judo Nasional
di Ciloto, termasuk Hotel Lembah Pinus, sekaligus sebagai cabang
olahraga pertama di Indonesia yang memiliki fasilitas latihan sendiri
yang terbaik saat itu.
Tahun
1990-an, pada masa kepemimpinan Letjen TNI Wismoyo Arismunandar, yang
waktu itu menjabat Kastaf TNI AD, tempat para pejudo Indonesia ditempa
di Ciloto diperluas lagi dengan membangun Padepokan Judo Indonesia
(PJI). Pada waktu itu prestasi Judo Indonesia khususnya di Asia Tenggara
(Sea Games) selalu berhasil merebut medali emas terbanyak dan olahraga
Judo semakin banyak diminati masyarakat di Indonesia.
Dalam
mempelajari Judo kita harus betul-betul menguasai teknik dasar dan
peraturan yang berlaku.Olah raga Judo mengenal dua kata macam bentuk
latihan,yaitu: Kata dan Randori. Kata adalah suatu system latihan yang
meliputi teknik-teknik berupa bantingan,kuncian,cekikan,patahan dan
menyerang bagian-bagian tubuh yang berbahaya.Randori adalah latihan
bebas mengenai semua yang diajarkan memalui latihan Kata yang
dipraktekkan dalam bentuk menyerang dan bertahan.
Sebelum
melakukan latihan Judo,seorang Guru/Pelatih Judo harus memberikan
peraturan dan tat tertib dalam olah raga Judo yang dimulai dari tata
cara penghormatan.
PENGHORMATAN
Dalam
kehidupan olah raga Judo ditanamkan rasa saling menghormati sesame
anggota baik dalam lingkungan maupan luar lingkungan Judo,rasa saling
hormat sangat dibudidayakan.Begitu masuk Dojo kita sudah diharuskan
menghormat karena kemungkinan di dalam gedung sudah ada para senior atau
para pemimpin baik pelatih maupun pembina.
Begitu
masuk matras kita harus menghormat lagi.Demikian juga ketik memulai
kegiatan dengan sesame kawan,misalnya Uchikomi atau Randori baik awal
maupun sesudahnya.Di dalam Judo dikenal dua macam penghormatan yaitu
waktu duduk (Zarei) dan waktu berdiri (Ritsurei).
TATA CARA PENGHORMATAN DI ATAS MATRAS
Setiap ada kegiatan Judo sebelum dimulai ada tata cara yang harus dilakukan dengan berurutan sebagai berikut:
1.
Memberi hormat pada waktu akan masuk matras,kemudian berbalik
membelakangi matras untuk melepas alas kaki dan dihadapkan keluar arah
dari pada alas kaki tersebut.
2.
Para pejudo berbaris dengan urutan tingkatan diman sabuk hitam sebelah
kanan lalu coklat,biru sampai sabuk putih sebelah kirinya.
3. Berdiri dengan baik,posisi timit kaki dirapatkan kemudian duduk
4. Setelah duduk berikan penghormatan kepada bendera
5.
Setelah itu berikan hormat kepada pelatih;dengan serentak para Judoka
mengucapkan selamat siang/sore/malam tergantung jam latihan
6. Setelah selesai penghormatan seluruh Judoka berdo’a (Mokuso) kepada Tuhan YME.
7. lalu berdiri dilanjutkan dengan pemanasan,senam hingga latihan
8. Latihan diakhiri dengan cooling down lalu kembali seperti posisi pembukaan tadi.
9. Dilanjutkan duduk yang dilanjutkan berdo’a.Setelah selesai para pejudo menghormat kepada bendera
10. Kemudian penghormatan terakhir kepada pelatih dengan mengucapkan terima kasih secara serentak,setelah itu berdiri dan bubar.
11. Waktu Keluar matras kenakan alas kaki terlebih dulu lalu membalikan badan untuk menghormat ke arah matras.
KELENGKAPAN OLAH RAGA JUDO
Dalam
kegiatan olah raga apa pun dibutuhkan sarana dan prasarana untuk
mencapai sasaran yang diharapkan.Demikian juga dalam pelaksanaan latihan
olah raga Judo dibutuhkan beberapa sarana dan prasarana yang
sekurang-kurangnya meliputi dua aspek,yaitu:
Tempat Latihan (Dojo)
Pakaian Judo (Judogi)
Pakaian Judo (Judogi)
TEMPAT LATIHAN (DOJO)
Dalam
latihan Judo diperlukan suatu ruangan khusus yang disebut Dojo.Luasnya
tidak boleh kurang dari luas ukuran tatami (matras) yang digunakan
sebagai alas berlatih Judo.Ukuran sebuah tatami minimal adalah 14 x 14
meter dan maksimal 16 x 16 meter.Daerah pertandingan berukuran minimal 9
x 9 meter dan maksimal 10 x 10 meter.Tiap tatami berukuran 1 x 2 meter
sehingga jumlah tatami yang dibutuhkan oleh suatu Dojo
sekurang-kurangnya sebanyak 128 lembar;18 lembar di antaranya berwarna
merah sebagai pembatas daerah pertandingan.
Latihan
Judo memerluka pakaian khusus berwarna putih yang terdiri dari celana
dan baju.Celana yang dipergunakan adalah celana panjang yang cukup
longgar yang mempunyai ketinggian bagian bawah sekitar 5 cm di atas mata
kaki.Sedangkan baju harus tebal dan longgar.Bagian tangnnya harus
panjang,sekitar 5 cm dari persendian tangan dan lebarnya harus bisa
dimasuki sampai ke batas siku,kira-kira selebar 10-15 cm.
Di samping itu para pejudo harus memakai ikat pinggang atau obi yang warnanya sesuai dengan tingkatan yang dimiliki.
TINGKATAN DALAM JUDO
Kemampuan
atau tingkatan kemahiran seorang pejudo bisa dilihat memalui sabuk atau
obi yang dikenakannya.Dalam Judo dikelan istilah Kyu serta Dan untuk
menggambarkan kemampuan seorang pejudo yang rinciannya dari yang
terendah sampai yang tertinggi,sebagai berikut :
Tingkatan Kyu :
Tingkatan Sabuk |
Kyu 6 dengan sabuk Putih
Kyu 5 dengan sabuk Biru
Kyu 4 dengan sabuk Biru
Kyu 3 dengan sabuk coklat
Kyu 2 dengan sabuk coklat
Kyu 1 dengan sabuk coklat.
Pejudo junior yang usianya sampai 16 tahun mempunyai sabuk tersendiri,yakni:
Kyu 6 dengan sabuk putih
Kyu 5 dengan sabuk kuning
Kyu 4 dengan sabuk orange
Kyu 3 dengan sabuk hijau
Kyu 2 dengan sabuk biru
Kyu 1 dengan sabuk coklat
Tingkat Dan :
Dan 1 dengan sabuk hitam
Dan 2 dengan sabuk hitam
Dan 3 dengan sabuk hitam
Dan 4 dengan sabuk hitam
Dan 5 dengan sabuk hitam
Dan 6 dengan sabuk merah-putih
Dan 7 dengan sabuk merah-putih
Dan 8 dengan sabuk merah-putih
Dan 9 dengan sabuk merah
Dan 10 dengan sabuk merah
Tingkatan bagi wanita sama saja sperti pria hanya sabagai penanda,bagian tengah sabuk wanita memakai pita putih selebar 1 cm.
Untuk
tingkatan yang warnanya sama mulai dari yang terendah memakai pita
sepanjang 3 cm dan lebarnya 1 cm pada ujung baju sebelah kiri dengan
warna yang sama dengan sabuknya,misalnya Dan 2 Strip 2 hitam,Kyu 4 strip
2 biru.
ASAL-USUL JUDO
Awal
mula Judo dapat kita telusuri pada jujitsu,aktifitas membela diri nenek
moyang bansa Jepang ketika mareka masih hidup di zaman primitive Jomon
(5000 tahun SM) hingga zaman Yayoi (abad II-III M).Pada masa itu mereka
telah belajar teknik-teknik membanting,memukul,menendang dan mengunci
lawan yang bertujuan untuk memenangkan pertarungan baik melawan manusia
maupun binatang yang sering terjadi pada masa itu.
Pada
zaman Kaisar Nara (552-793 M) tiga keterampilan militer diterapkan di
seluruh kekaisaran , yaitu panahan,panahan berkuda dan gulat sumo,namun
ketiga ilmu itu tumbuh di tengah-tengah kekacauan politik dan keamanan
yang rawan.Pemberontakan lokal sering terjadi yang alih-alih malah
menimbulkan keinginan baru pada masysrakat untuk menyempurnakan ilmu
bela diri tersebut
Gulat
sumo pun mengalami masa transisi dari bentuk rituil ke bentuk
militer,terutama ketika Sakanoue menaklukan daerah timur.Pendekar
samurai yang menjadi kelas bangsawan pun berlatih sumo yang pada masa
itu latihan maupun pertandingan sumo dilakukan dengan mengenakan pakaian
lengkap berbeda dengan masa sekarang yang hampir tidak berbajusama
sekali.
Selama
masa Heihan (794-1184 M) kelompok Genji dan Keike saling berebut
supremasi.Akibatnya guru-guru bela diri militer Yaroigumi (bertarung
menggunakan pakaian pelindung) dan Katchu Gumiuchi (bertarung
menggunakan penutup tubuh dari logam) dimobilisasi besar-besaran.
Masa
Moromachi (1392-1573 M) hingga masa Sengoku (1477-1582 M) disebut juga
“zaman pendekar perang berkuasa”.Stabilitas politik dan keamanan tidak
terjamin karena para panglima perang saling berebut kekuasaan.Kelas
samurai hingga lapisan warga biasa turut mempelajari ilmu-ilmu bela diri
yang secara taklangsung justru ikut menunjang perkembangan ilmu bela
diri terutama Jijitsu Kagosuko dan Koshi No Mawari.
Selama
masa Asuchi ke Momoyama (1573-1616 M) gulat sumo cenderung ke bentuk
rituil sehingga perbedaan antara sumo dan jujitsu mulai tampak jelas
yang pada masa inilah kita mengenal Takeuchi Ryu,slah satu aliran
jujitsu yang diorganisir oleh Hisamurai Takeuchi pada tahun 1532 M di
Sakushu Tsuyama Okayama sebagai bentuk pertarungan tertua yang
teknik-tekniknya tlah ditata dengan baik Aliran ini mempergunakan
tekinik patahan untuk melumpuhkan lawan.
Pada
tahun 1560 M di Kishu Okayama,Yunshin Sekiguchi mengajarkanb ilmu
kepandekaran dan mengambangkan bentuk baku “cara jatuh” (ukemi) yang di
kemudian hari menjadi temun penting bagi olah raga Judo yang sama
pentingnya dengan randori ,seni pertarungan bebas yang diciptakan pada
abad ke-17.
Pada
akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17,TsutsumiHozan Ryu,Miura Yoshin Ryu
dan Seigo Ryu di kenal sebagai perkumpulan-perkumpulan jujitsu
terkemuka yang tumbuh di tengah-tengah keonaran yang munculdi
mana-mana.Alhasil,jujitsu lebih dipelajari sebagai ilmu seni berperang
yang menitikberatkan pada latihan fisik dan sensitivas batin (seni) yang
terus berkembang hingga masa Edo.Menjelang berakhirnya masa Edo pada
akhir abad ke-19,di Jepang telah berkembang sekitar 60 aliran
jujitsu.Yang terkemuka adalah Kito Ryu,didirikan oleh Kanyemon Iso pada
tahun 1670 M
dan
Tenjin Sinyo Ryu yang didirikan oleh Mataemon Iso pada tahun 1795
M.Kedua aliran ini dikenal dengan ciri khasnya (spesialisasi) dalam
teknik patahan,pukulan dan kata.
Walau
berbeda-beda,aliran-aliran itu dilekatkan oleh satu rasa
persatuan,yaitu rasa hormt kepada Shinto yang ada di dojo (sanggar
latihan) namun tidak semua dojo beraliran Shinto karena ada juga yang
Budhha dan Kong Chu Tsu.Meski demikian semua dojo dianggap suci
dandipelihara sebagai tempat latihan fisik dan mental.Tiap-tiap aliran
mempunyai doktrin akan tetapi semuanya menaati Bushido dan pembinaan
hubungan “atasan-bawahan” yang dimanifestasikan dalam bentuk
sopan-santun murid terhadap guru.
PROSES TERBENTUKNYA JUDO
Sebagai
akibat lebih lanjut dari politik “pintu terbuka” yanh diterapkan oleh
Komodor Perry (1893 M),memasuki abad XX Jepang memulai program reformasi
yang disebut Restorasi Meiji (1868-1912 M).Negara Jepang ini mengalami
perubahan besar-besaran dala kehidupan kemasyarakatan dan
kenegaraan.Para petani,para tukang dan kaum pedagang,para samurai
mempunyai derajat yang sama di bawah kaisar.Zaman semakin damai dan
kalangan militer semakin beradaptasi dengan keadaan ini.Latihan-latihan
bela diri yang semula hanya dikuasai kalangan militer dipulihkan dan
terbuka bagi masyarakat luas.
Pada
tahun 1870 seorang remaja bernama Jigoro Kano (Beliau dalah putra ke
tiga dari Jirosaku Mareshibu Kano tanggal 28 Oktober 1860) datang dari
Hyogo untuk melanjutkan pendidikannya di Setatsu-sho Juko dan Ikuei
Gijiku di Tokyo.Kelak beliau akan di catat sebagai figure penting dalam
perkembangan olah raga Judo.
Tahun
1877 Jigoro Kano mulai belajar jujitsu di Kaisei Gako yamh sekarang
bernama Universitas Tokyo.Ia mempelajari aliran Tenjin Shinyo Ryu
langsung di bawah asuhan Masamoto Iso dan Machino Suke Fukuda.Dari
situlah ia mempelajari randori dan kata.Kemudian ia menerima bimbingan
Tsunetoshi Shikobu dari aliran kito ryu yang mengajarkan bentuk-bentuk
jujitsu yang sama sekali berbeda denagn apa yang ia pelajari selama
ini.Di luar itu Jigoro Kano tekun mempelajari sendiri buku-buku jujitsu
dari aliran-aliran lainnya.Cita-citanya untuk menjdi pendidik ulai
mendapatkan jalan.
Tahun
1881 ia ditugaskan untuk meneliti teknik-teknik mendidik di
negara-negara lain.Tahun 1882 Jigoro Kano mengawali karir sebagai
pendidik dengan mengajar di Gakusui.Waktu itu ia telah memilih
teknik-teknik terbaik dari berbagai aliran jujitsu ysng sudah berkembang
sejak zaman Edo.Selain memperbaiki beberapa bagian,ia sendiri
menciptakan teknk-teknik baru yang dikenal sebagai judo kodokan.
Dojo
Jigoro Kano di Kiul Eishoji yang terletak di Shimoyo Tokyo pada mulanya
hanya terdiri 12 lembar tatami (matras).Ia mengkaji berbagai jenis
teknik secara ilmiah dan rasional untuk mendapatkan konsep baru yang
pada intinya adalah perpaduan antar kekuatan dan kelembutan.
Pihak
luar pun mulai tertarik.Tahun 1883,Pers School mengadakan satu kelas di
rumah Jigoro Kano.Kementerian Pendidikan Jepang yang memang selalu
mengevaluasi segi-segi positif jujitsu yang dikembangkan sebagai seni
bela diri dalam pendidikan jasmani di sekolah-sekolah pun akhirnya
mengakui temuan Jigoro Kano.Pilot project pun diadakan tahun
tersebut,yakni diajarkannya Judo di beberapa perguruan tinggi bergengsi
yaitu Akademi Maritim,Universitas Tokyo dan Universitas
Kei.Perkembangannya cukup pesat dalam tahun itu saja sekitar 1500 murid
Judo berlatih di Dojo utama Kodokan dan di pusat-pusat Judo di luar
Tokyo seperti Konojuku,Kyoto dan Narayama.Penemunya pun mendapatkan
gelar terhormat : Profesor Jigoro Kano.
ARTI JUDO
Judo
terdiri dari dua suku kata yaitu JU yang berarti halus atau lembut dan
DO yang berarti cara atau jalan.Jadi arti kata JUDO adalah “cara yang
halus atau jalan yang lembut”.Dalam olah raga Judo tujuan
membanting,mengunci,mencekik dan mematahkan sendi tidak dimaksudkan
untuk menghancurkan atau mencelakakan lawan akan tetapi hanya untuk
melumpuhkan atau mengalahkan lawan.Setiap Pejudo (Judoka) yang
membanting lawan dengan teknik apa pun pegangan salah satu lawan pasti
tidak pernah lepas.Tujuannya adalah mencegah lawan agar tidak cidera
dengan cara menarik salah satu tangan lawan ketika jatuh ke matras atau
dengan cara menahan daya dorong arah jatuhnya.
Tujuan
utama dari Judo adalah mengembangkan falsafah jiwa Prof.Jigoro Kano
yang menerangkan bahwa “seseorang yang bergabung dalam suatu kelompok
bangsa harus bekerja sama secara damai demi tercapainya kesejahteraan
masyarakat banyak.Untuk itu harus ada satu hubungan yang erat antara
jiwa yang satu dengan yang lain dengan cara melakukan usaha yang
terus-menerus.Untuk mencapai tujuan itu seseorang harus mengembangkan
dirinya sendiri dulu agar bias bekerja sama dengan orang lain demi
mencapai tujuan bersama.Manfaat yang timbul bukan hanya bersifat
ekonomis namun juga yang bersifat moriil”.
Tujuan
kedua dari Judo adalah perkembangan fisik.Dalam teknik
bantingan,cekikan,kuncian,patahan dan teknik-reknik baku factor fisik
sangatlah penting.Kita dapat meraih hasil yang terbaik melalui latihan
tersebut.
Tujuan
ketiga dari Judo adalah pembelaan diri.Melalui latihan-latihan Judo
kita dapat menghindari kejadian-kejadian yang tidak kita inginkan.Dengan
kata lain,olah raga Judo merupakan usaha menjaga diri dari bahaya yang
akan menimpa kita.
Ikhtiar
untuk mencapai ketiga tujuan tersebut yaitu perkembangan
spiritual,kesegaran fisik dan pembelaan fisik yang dilakukan dengan
penuh kesungguhan untuk mencapai tujuan yang baik tanpa melupakan bahwa
kelembutan dapat mengatasi kekerasan adalah prinsip dasar olah raga
Judo.
SEJARAH JUDO
Judo
mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1942 ketika tentara Jepang mulai
menduduki Indonesia. Pada hari-hari tertentu tentara Jepang berlatih
Judo di lingkungan asramanya, lama kelamaan tentara Jepang bergaul dan
bersahabat dengan orang-orang lingkungan asrama tentara Jepang, maka
orang Indonesia yang menjadi sahabat dekat tentara Jepang ikut berlatih
Judo dan dipilih betul-betul sangat selektif dengan tujuan jangan sampai
membahayakan keberadaan tentara Jepang di Indonesia pada waktu itu.
Pada tahun 1949 berdiri perkumpulan Judo pertama di Jakarta bernama “Jigoro Kano Kwai” yang di pimpin oleh J.D. Schilder (orang Belanda). Perkumpulan tersebut berlatih di gedung YMCA, jalan Nusantara, Jakarta. Anggota perkumpulan Judo tersebut terdiri dari berbagai lapisan antara lain Pelajar, Mahasiswa, Umum, ABRI, anak-anak, orang dewasa, pria dan wanita. Selain belajar Judo mereka juga belajar Jiujitsu (salah satu jenis beladiri Jepang) yang merupakan induk dari olahraga Judo. Pada waktu itu perkumpulan-perkumpulan Judo yang masih berdiri sendiri-sendiri atau belum ada organisasi yang lebih besar yang menaunginya.
Pada tahun 1949 berdiri perkumpulan Judo pertama di Jakarta bernama “Jigoro Kano Kwai” yang di pimpin oleh J.D. Schilder (orang Belanda). Perkumpulan tersebut berlatih di gedung YMCA, jalan Nusantara, Jakarta. Anggota perkumpulan Judo tersebut terdiri dari berbagai lapisan antara lain Pelajar, Mahasiswa, Umum, ABRI, anak-anak, orang dewasa, pria dan wanita. Selain belajar Judo mereka juga belajar Jiujitsu (salah satu jenis beladiri Jepang) yang merupakan induk dari olahraga Judo. Pada waktu itu perkumpulan-perkumpulan Judo yang masih berdiri sendiri-sendiri atau belum ada organisasi yang lebih besar yang menaunginya.
Pada
tanggal 20 Mei 1955, didirikan perkumpulan Judo yang diberi nama “Judo
Institute Bandung” (JIB) oleh Letkol Abbas Soeriadinata, Mayor Uluk
Wartadireja, Letkol D. Pudarto, Pouw Tek Siang, dengan pelatih Tok
Supriadi (orang Jepang).
Pada
tanggal 25 Desember 1955 dibentuk organisasi Judo Indonesia yang diberi
nama Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) sebagai organisasi Judo
tertinggi di Indonesia, yang mengatur dan mengelola kegiatan Judo secara
Nasional maupun Internasional. Pada tahun itu juga PJSI telah diakui
oleh Komite Olympiade Indonesia sebagai Top Organisasi Judo di
Indonesia. Pada tahun yang sama Indonesia secara resmi mendaftar dan
diterima sebagai anggota International Judo Federation (IJF) yang
menjadi organisasi Judo tertinggi di dunia.
Tahun
1957, Judo untuk pertama kalinya diikut sertakan dalam Pekan Olahraga
Nasional (PON) IV di Makasar, Sulawesi Selatan sebagai salah satu cabang
olahraga yang dipertandingkan. Tahun 1958 – 1959, ketua Komisi Tekhnik
Persatuan Judo Indonesia Djakarta (PJID) yaitu Dachjan Elias, Dan IV
berangkat ke negara Jepang untuk memperdalam pengetahuan olehraga Judo.
Sekembalinya dari Jepang ia segera mengamil langkah-langkah untuk
menggiatkan organisasi, sehingga dalam waktu satu tahun terbukti
organisasi PJID lebih dikenal oleh masyarakat Judo termasuk di
daerah-daerah di luar Jakarta.